Salah satu masalah
yang dihadapi para pendeta-astronom zaman purbakala adalah kenyataan bahwa
tahun kamariah dan tahun syamsiyah tidak dapat saling dicocokkan. Sampai
pertengahan abad ke-1 SM, kalender Romawi begitu kacau sehingga Julius Caesar
(100-44 SM) memerintah ahli matematika Yunani, Sosigenes untuk mengembangkan
sistem baru. Ahli ini mengusulkan tahun kabisat yang kembali setiap empat
tahun. Hal ini berarti bagian hari yang ganjil dari empat tahun matahari
dirasionalisasi setiap empat tahun.
Tahun
Kabisat (Bahasa
Inggris: Leap Year) adalah sebuah Tahun
Syamsiah di mana pada tahun tersebut jumlah hari tidak terdiri
dari 365 hari tetapi 366 hari. Satu tahun syamsiah tidak
secara persis terdiri dari 365 hari, tetapi 365 hari 5 jam 48 menit 45,1814 detik. Jika hal ini tidak
dihiraukan, maka setiap 4 tahun akan kekurangan hampir1 hari
(tepatnya 23 jam 15 menit
0,7256 detik). Maka untuk mengkompensasi hal ini, setiap 4 tahun sekali
(tahun yang bisa dibagi 4), diberi 1 hari ekstra: 29 Februari.
Tetapi karena 5 jam 48 menit 45,1814 detik kurang dari 6 jam,
maka tahun-tahun yang bisa dibagi 100 (seperti
tahun 1900),
bukan tahun kabisat, kecuali bisa dibagi dengan 400 (seperti
tahun 2000).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar