Baru-baru ini, ilmuwan menganggap jerami tanaman
minyak biji Rapa sebagai salah satu sumber energi alternatif penting dimasa
depan. Jerami minyak biji Rapa kebanyakan tidak lagi digunakan petani, hanya
sebagai kompos dan tempat tidur hewan ternak. Tetapi dengan memanfaatkan jerami
minyak biji Rapa akan menghasilkan energi
alternatif Biofuel terbarukan. Ilmuwan dari Institute of Food Research mencari
cara, bagaimana mengubah jerami dari minyak
biji Rapa menjadi energi alternatif biofuel. Penemuan awal menunjukkan
bagaimana proses pembuatan bioful bisa diproduksi lebih efisien, serta
bagaimana meningkatkan produksi jerami minyak biji Rapa dapat ditingkatkan.
Jerami Minyak Biji Rapa, Sumber Energi Alternatif Terbarukan
Minyak biji rapa telah lama digunakan di Asia
Barat, Asia Tengah, dan Eropa sebagai minyak untuk lampu. Minyak biji rapa juga
dipakai untuk memasak sebagai pengganti minyak babi. Pada akhir Perang Dunia
II, minyak biji rapa sangat terbatas pemanfaatannya disebabkan kandungan asam
erukat dan glukosinolat yang tinggi dan selalu menyertai senyawa penyebab rasa
pahit pada minyak. Akhir tahun 1960-an ditemukan satu kultivar Brassica Napus
asal Polandia yang menghasilkan kadar asam erukat sangat rendah. Sejak saat itu
penanaman Brassica Napus mulai meluas, usaha untuk menurunkan kandungan
glukosinolat agak lamban karena senyawa ini lebih bervariasi.
Jerami dari tanaman seperti gandum, barley, dan
minyak biji Rapa dipandang sebagai sumber
potensial energi biomassa untukmeningkatkan produksi biofuel generasi kedua. Setidaknya
produksi di Inggris mencapai sekitar 12 juta ton jerami minyak biji Rapa. Dalam
kenyataannya, minyak biji Rapa banyak digunakan untuk tempat tidur hewan ternak
dan kompos dan pembangkit energi.
Jerami berisi campuran gula yang dapat digunakan
sebagai sumber energi alternatif biofuel, dimana dalam
penggunaannya tidak bersaing dengan produksi pangan melainkan merupakan solusi
berkelanjutan dalam hal pemanfaatan limbah. Gula yang ada pada jerami tidak
dapat diakses oleh enzim yang membebaskannya agar dapat dikonversi menjadi
energi alternatif biofuel, sehingga perawatan sebelum pengelolaan jerami akan
sangat diperlukan.
Pra-perawatan jerami minyak biji rapa akan membuat
karbohidrat kompleks lebih mudah diakses enzim yang mengkonversi menjadi
glukosa, proses ini disebut Sakarifikasi yang kemudian difermentasi oleh ragi
menjadi Etanol.
Dengan menggunakan fasilitas Biorefinery Centre di
Norwich Research Park, ilmuwan melihat peluang untuk membuka gula yang terikat
dalam struktur jerami minyak biji Rapa. Pada tahap pra-perawatan akan terfokus
pada ledakan uap yang melibatkan tekanan atau 'memasak' biomassa untuk
mendongkrak reaksi kimia.
Proses ini menggunakan variasi suhu dan durasi
ledakan uap, kemudian menggunakan berbagai teknik fisik dan biokimia untuk
mengkarakterisasi efek berbagai jenis gula sebelum dan setelah sakarifikasi.
Jumlah selulosa diubah menjadi glukosa akan meningkat, efisiensi sakarifikasi
juga berhubungan dengan hilangnya gula tertentu dan pembentukan selanjutnya dari
produk turunan gula.
Dalam studi lebih lanjut, para ilmuwan menemukan
faktor kunci yang menentukan efisiensi sakarifikasi. Salah satu senyawa
tertentu (asam uronic) membatasi tingkat kinrja enzim. Hasil akhir erat
kaitannya dengan penghapusan xilan, salah satu komponen umum yang terdapat pada
dinding sel tanaman. Banyaknya lignin berhubungan positif dengan jumlah gula
yang tersedia. Temuan ini akan membantu peningkatan efisiensi minyak biji Rapa
agar bisa dikonversi menjadi sumber energi
alternatif biofuel.
Studi ini mungkin juga meningkatkan jerami minyak
biji Rapa yang berguna untuk mengurangi kadar asam uronic pada biomassa. Pada
umumnya, minyak biji Rapa dikembangkan untuk meningkatkan hasil biji dan
ketahanan terhadap penyakit tanpa melihat efeknya pada jerami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar