Jumat, 13 Maret 2015

Sumber Energi Alternatif Biofuel


Baru-baru ini, ilmuwan menganggap jerami tanaman minyak biji Rapa sebagai salah satu sumber energi alternatif penting dimasa depan. Jerami minyak biji Rapa kebanyakan tidak lagi digunakan petani, hanya sebagai kompos dan tempat tidur hewan ternak. Tetapi dengan memanfaatkan jerami minyak biji Rapa akan menghasilkan energi alternatif  Biofuel terbarukan. Ilmuwan dari Institute of Food Research mencari cara, bagaimana mengubah jerami dari minyak biji Rapa menjadi energi alternatif biofuel. Penemuan awal menunjukkan bagaimana proses pembuatan bioful bisa diproduksi lebih efisien, serta bagaimana meningkatkan produksi jerami minyak biji Rapa dapat ditingkatkan.


Jerami Minyak Biji Rapa, Sumber Energi Alternatif Terbarukan

Minyak biji rapa telah lama digunakan di Asia Barat, Asia Tengah, dan Eropa sebagai minyak untuk lampu. Minyak biji rapa juga dipakai untuk memasak sebagai pengganti minyak babi. Pada akhir Perang Dunia II, minyak biji rapa sangat terbatas pemanfaatannya disebabkan kandungan asam erukat dan glukosinolat yang tinggi dan selalu menyertai senyawa penyebab rasa pahit pada minyak. Akhir tahun 1960-an ditemukan satu kultivar Brassica Napus asal Polandia yang menghasilkan kadar asam erukat sangat rendah. Sejak saat itu penanaman Brassica Napus mulai meluas, usaha untuk menurunkan kandungan glukosinolat agak lamban karena senyawa ini lebih bervariasi.
Jerami dari tanaman seperti gandum, barley, dan minyak biji Rapa dipandang sebagai sumber potensial energi biomassa untukmeningkatkan produksi biofuel generasi kedua. Setidaknya produksi di Inggris mencapai sekitar 12 juta ton jerami minyak biji Rapa. Dalam kenyataannya, minyak biji Rapa banyak digunakan untuk tempat tidur hewan ternak dan kompos dan pembangkit energi.

Jerami berisi campuran gula yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif biofuel, dimana dalam penggunaannya tidak bersaing dengan produksi pangan melainkan merupakan solusi berkelanjutan dalam hal pemanfaatan limbah. Gula yang ada pada jerami tidak dapat diakses oleh enzim yang membebaskannya agar dapat dikonversi menjadi energi alternatif biofuel, sehingga perawatan sebelum pengelolaan jerami akan sangat diperlukan. 
Pra-perawatan jerami minyak biji rapa akan membuat karbohidrat kompleks lebih mudah diakses enzim yang mengkonversi menjadi glukosa, proses ini disebut Sakarifikasi yang kemudian difermentasi oleh ragi menjadi Etanol.
Dengan menggunakan fasilitas Biorefinery Centre di Norwich Research Park, ilmuwan melihat peluang untuk membuka gula yang terikat dalam struktur jerami minyak biji Rapa. Pada tahap pra-perawatan akan terfokus pada ledakan uap yang melibatkan tekanan atau 'memasak' biomassa untuk mendongkrak reaksi kimia. 


Proses ini menggunakan variasi suhu dan durasi ledakan uap, kemudian menggunakan berbagai teknik fisik dan biokimia untuk mengkarakterisasi efek berbagai jenis gula sebelum dan setelah sakarifikasi. Jumlah selulosa diubah menjadi glukosa akan meningkat, efisiensi sakarifikasi juga berhubungan dengan hilangnya gula tertentu dan pembentukan selanjutnya dari produk turunan gula.

Dalam studi lebih lanjut, para ilmuwan menemukan faktor kunci yang menentukan efisiensi sakarifikasi. Salah satu senyawa tertentu (asam uronic) membatasi tingkat kinrja enzim. Hasil akhir erat kaitannya dengan penghapusan xilan, salah satu komponen umum yang terdapat pada dinding sel tanaman. Banyaknya lignin berhubungan positif dengan jumlah gula yang tersedia. Temuan ini akan membantu peningkatan efisiensi minyak biji Rapa agar bisa dikonversi menjadi sumber energi alternatif biofuel

Studi ini mungkin juga meningkatkan jerami minyak biji Rapa yang berguna untuk mengurangi kadar asam uronic pada biomassa. Pada umumnya, minyak biji Rapa dikembangkan untuk meningkatkan hasil biji dan ketahanan terhadap penyakit tanpa melihat efeknya pada jerami.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar