Evolusi Bintang
Seperti manusia, bintang juga mengalami perubahan tahap kehidupan. Sebutannya adalah evolusi. Mempelajari evolusi bintang sangat penting bagi manusia, terutama karena kehidupan kita bergantung pada matahari. Matahari sebagai bintang terdekat harus kita kenali sifat-sifatnya lebih jauh. Dalam mempelajari evolusi bintang, kita tidak bisa mengikutinya sejak kelahiran sampai akhir evolusinya. Usia manusia tidak akan cukup untuk mengamati bintang yang memiliki usia hingga milyaran tahun. Jika demikian tentunya timbul pertanyaan, bagaimana kita bisa menyimpulkan tahap-tahap evolusi sebuah bintang?
Seperti manusia, bintang juga mengalami perubahan tahap kehidupan. Sebutannya adalah evolusi. Mempelajari evolusi bintang sangat penting bagi manusia, terutama karena kehidupan kita bergantung pada matahari. Matahari sebagai bintang terdekat harus kita kenali sifat-sifatnya lebih jauh. Dalam mempelajari evolusi bintang, kita tidak bisa mengikutinya sejak kelahiran sampai akhir evolusinya. Usia manusia tidak akan cukup untuk mengamati bintang yang memiliki usia hingga milyaran tahun. Jika demikian tentunya timbul pertanyaan, bagaimana kita bisa menyimpulkan tahap-tahap evolusi sebuah bintang?
Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan kembali menganalogikan bintang dengan manusia. Jumlah manusia di bumi dan bintang di angkasa sangat banyak dengan usia yang berbeda-beda. Kita bisa mengamati kondisi manusia dan bintang yang berada pada usia/tahapan evolusi yang berbeda-beda. Ditambah dengan pemodelan, akhirnya kita bisa menyusun teori evolusi bintang tanpa harus mengamati sebuah bintang sejak kelahiran hingga akhir evolusinya.
Tahap akhir dari evolusi bintang ini yakni dikenal oleh sebagian penggemar astronomi di dunia dengan sebutanRaksasa Merah. Untuk agan-agan yang penasaran dengan proses evolusi bintang ini dari tahap "kelahiran" hingga "kematian" nya bisa mampir ke sini. (duniaastronomi.com) Kalo yang mau tau pengertian raksasa merah selengkapnyaklik disini. (id.wikipedia.org)
2. Akhir hayat bumi ketika matahari selesai berevolusi
Yang perlu digaris bawahi, ternyata bintang yang berevolusi itu pada akhirnya ternyata melahap planet-planet disekitarnya gan... bukti ini dapat dilihat dari video NASA berikut :
Ini adalah zoom citra dalam bagian kecil pandangan pesawat Kepler. Ia menunjukkan ratusan bintang dalam rasi bintang Lyra. Bintang terterang terlihat putih dan bintang yang redup berwarna merah. (Credit: NASA/Ames/JPL-Caltech)
Dan, menurut makalah Nature, data juga menunjukkan para peneliti apakah bintang raksasa merah membakar hidrogen dalam cangkang yang mengelilingi bintangnya atau apakah ia telah berevolusi pada usia dimana ia membakar helium di intinya. Itu yang belum dapat dilakukan astronom sebelum Kepler.
“Bintang mulai membakar helium di intinya dengan diawali oleh kilatan helium,” kata Kawaler. “Transformasi dari bintang yang membakar selubung hidrogen ini misterius. Kami rasa ia terjadi dengan cepat dan mungkin dalam bentuk ledakan. Sekarang kami dapat mengetahui mana bintang yang sudah melakukan itu dan mana yang akan.”
Informasi tersebut akan membantu astronom memahami lebih baik siklus hidup bintang raksasa merah. Matahari kita akan berevolusi menjadi raksasa merah dalam sekitar 5 miliar tahun.
Kepler diluncurkan 6 Maret 2009 dari Stasiun Angkatan Udara Cape Canaveral di Florida. Pesawat ini mengorbit matahari sambil membawa fotometer, atau pengukur cahaya, untuk mengukur perubahan kecemerlangan bintang. Fotometer ini disertai sebuah teleskop berdiameter 37 inci yang terhubung dengan kamera CCD 95 Megapixel. Instrumen ini secara berkelanjutan diarahkan ke daerah Cygnus-Lyra di galaksi Bima Sakti. Tugas utamanya adalah menggunakan variasi kecil kecemerlangan bintang-bintang dalam pandangannya untuk mencari planet mirip bumi yang mungkin dapat menopang kehidupan.
Kepler Asteroseismic Investigation juga menggunakan data dari fotometer tersebut untuk mempelajari bintang. Penyelidikan ini dipimpin oleh empat anggota komite: Kawaler, Chair Ron Gilliland dari Lembaga Ilmu Teleskop Antariksa di Baltimore, Jorgen Christensen-Dalsgaard dan Hans Kjeldsen, keduanya dari Universitas Aarhus di Aarhus, Denmark.
Kepler, kata Kawaler, adalah alat revolusioner untuk mempelajari dan memahami bintang. Ini seperti memiliki instrumen yang serentak mempelajari gelombang untuk petunjuk permukaan samudera dan mendengarkan di bawah permukaan tersebut untuk mengetahui kedalaman samudera.
“Namun jika kamu mendengar dengan sangat hati-hati,” kata Kawaler. “Dan kamu harus memiliki alat yang cukup sensitif untuk melihat dan mendengar sekaligus.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar