Cheomseongdae tercatat dalam
sejarah sebagai peninggalan Dinasti Shilla pada awal abad ke-7. Terletak di
kota Gyeongju, Korea Selatan, Cheomseongdae merupakan tempat pengamatan bintang
(observatorium) tertua sekaligus satu dari sedikit observatorium kuno yang
tersisa di dunia. Buku Rekor Dunia resmi mencantumkannya sebagai bangunan
observatorium tertua yang masih tegak berdiri.
Bangunan
yang terbuat dari batu itu dibangun pada masa pemerintahan Ratu Seondeok.
Bangunannya yang masih berdiri sampai sekarang menjadi warisan kebudayaan
bangsa Korea dan salah satu obyek wisata menarik di Korea Selatan.
Konstruksi
Cheomseongdae diduga sengaja didesain sedemikian rupa berdasarkan
filosofi-filosofi khusus. Bagian alas yang tersusun atas 12 balok batu, 12
tingkat pada tangga pintu masuk, dan 12 lapis di bagian bawah jendela tampaknya
melambangkan ke-12 bulan dalam tahun. Jumlah batu untuk menyusun menara utama,
365 buah, menandakan jumlah hari dalam satu tahun Masehi.
Sebagian
besar peneliti setuju akan status Cheomseongdae sebagai observatorium. Hal itu
dikarenakan catatan-catatan sejarah di Korea, Jepang, dan China yang mendukung.
Peneliti modern pertama yang meninjau Cheomseongdae, Tadashi Sekino,
menyimpulkan bahwa Cheomseongdae adalah observatorium walaupun strukturnya
ganjil.
Ahli
meteorologi dari Jepang, Yuji Wada, yang mulai meneliti di lokasi Cheomseongdae
tahun 1909 meyakinkan bahwa Cheomseongdae adalah observatorium. Pengamatan
astronomi dilakukan dengan mata telanjang dengan alat-alat sepertignomon. Tentunya
penghitungan-penghitungan khusus dilakukan dengan bantuan kalender.
Menurut
penelitian pula, bangunan ini selama ratusan tahun dipakai para astronom
kerajaan untuk mempelajari pergerakan bintang dan planet serta memperkirakan
gerhana bulan dan matahari.
Kemudian
setelah diinterpretasi, hasilnya dilaporkan kepada raja atau ratu untuk
membantu mereka mengambil keputusan dalam upaya memperkuat otoritas kerajaan
serta meningkatkan kualitas taraf kehidupan. Selain itu, Cheomseongdae
dipercaya pula membantu menyingkapkan pemahaman rakyat pada zaman itu mengenai
surga dan kuasa ilahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar