Sebuah perangkat pada dasarnya hanya bisa
menggunakan gelombang cahaya untuk membuka perbatasan spektrum elektromagnetik
dengan kisaran Terahertz. Tetapi kali ini, ilmuwan berhasil membuat terobosan
baru dengan mengubah Sinar Terahertz (T-Ray) menjadi suara
(ultrasound). Frekuensi Terahertz saat ini digunakan untuk
mendeteksi cahaya, ilmuwan belum efisien memanfaatkannya. Para peneliti
University of Michigan mengembangkan detektor Terahertz dan pencitraan sistem
unik yang bisa menjembatani kesenjangan Terahertz. Jay Guo mengatakan, bahwa
tim mereka telah mengubah energi cahaya Terahertz
(T-Ray) menjadi suara.
Detektor ini sangat sensitif dan bekerja pada suhu
ruangan normal, terobosan ini telah berhasil melalui pendekatan yang tidak
konvensional.
Teknologi
T-Ray, Ubah Energi Cahaya Menjadi Ultrasound
Teknologi T-Ray (Terahertz-Ray) merupakan
gelombang cahaya yang terlalu panjang tidak dapat terlihat mata manusia. T-Ray
selama ini telah membantu petugas keamanan bandara dalam menemukan senjata
kimia dan lainnya. Teknologi T-Ray juga digunakan dalam bidang kedokteran untuk
melihat jaringan tubuh berupa gambar, disis lain astronom juga menggunakan teknologi
T-Ray pada peralatan baru untuk mempelajari planet di sistem tata
surya.
Suara detektor terlalu tinggi untuk didengar
telinga manusia, Teknologi T-Ray berada diantara gelombang microwave dan
inframerah dari spektrum elektromagnetik, kisaran panjang gelombang cahaya dan
frekuensi. Spektrum yang dikenal saat ini membentang dimulai dari yang
terpanjang, diantaranya energi rendah pada gelombang radio dapat membawa suara
ke Receiver, dan gelombang tinggi energi sinar gamma yang
dilepaskan ketika bom nuklir meledak serta
peluruhan radioaktif atom.
Sementara frekuensi gelombang mikro digunakan dalam
transportasi sinyal ponsel, inframerah yang memungkinkan teknologi visi panas,
dimana panjang gelombang terlihat ringan dan umum digunakan. Frekuensi
Terahertz harus disimpan dalam kondisi dingin agar bekerja atau tidak dapat
beroperasi secara real time. Hal ini akan membatasi penggunaan frekuensi pada
teknologi T-Ray seperti senjata dan detektor kimia serta pencitraan medis dan
diagnosis.
Tim ilmuwan Guo menemukan Transduser khusus yang
mampu membuat konversi energi cahaya menjadi suara, mengubah salah satu
bentuk energi ke bentuk yang lain, sinar Terahertz (T-Ray) diubah menjadi
gelombang Ultrasound dan kemudian mengirimkannya.
Transduser terbuat dari campuran plastik yang
disebut polydimethylsiloxane atau PDMS dan nanotube karbon. Bila cahaya lampu
Terahertz menyentuh transduser, nanotube akan menyerapnya dan mengubahnya
menjadi panas. Energi cahaya melewati panas pada PDMS, dimana PDMS dipanaskan
akan mengembang dan menciptakan tekanan gelombang keluar. Hasil akhir ini
merupakan bentuk gelombang ultrasound, gelombang suara 1000 kali lebih tinggi
dari maksimal pendengaran manusia.
Meskipun detektor ultrasound T-Ray digunakan dalam
pencitraan medis, para peneliti membuat sensitif perlatan itu dalam bentuk
cincin plastik mikroskopis yang dikenal sebagai Resonator Microring, struktur
hanya berukuran beberapa milimeter. Peralatan terhubung ke sistem komputer,
menunjukkan bahwa perangkat ini bisa digunakan untuk memindai dan menghasilkan
gambar sebuah salib aluminium.
Kecepatan respon detektor ultrasaund terbaru
diperkirakan sepersejuta detik, hal ini memungkinkan pencitraan real time
Terahertz dibeberapa daerah. Sistem ini berbeda dengan sistem deteksi Terahertz
berbasis panas lainnya karena merespon energi cahaya dari Pulse T-Ray tersendiri,
bukan aliran berkelanjutan T-Ray sehingga tidak sensitif terhadap variasi suhu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar